Kamis, 29 September 2016

Rindu Si Perindu

Manusia itu bisa saja lupa
Misalnya kamu
Malam-malam itu tiba-tiba kau bilang kau ingin bicara
Bicara rindu, isinya hanya itu

Lalu kau jelaskan mekanisme rindu yang bekerja didirimu
Katanya datangnya begitu saja
Kau dilema
Antara mengatakannya padaku atau tidak

Tapi kau memilih iya
Aku tiba-tiba saja berdebar menyaksikan namamu muncul dalam layar
Dalam hatiku, 'tidak Tuhan aku tak ingin mimpi ini'
Tapi ternyata nyata, hari itu kau bilang rindumu sudah sekarat

Dengan gemetar, ku jawab iya
Ku terima rindumu dengan sebaik-baiknya
Tak ku debatkan kedatanganmu yang tiba-tiba
Lalu kita bicara, dan rindumu ternyata semakin banyak

Kita dibuat lupa, kalau hati sedang berjeda
Tapi aku yang salah
Tapi memang aku tak ingin berburuk sangka
Kau bilang rindu selalu jadi rindu, yang selalu ingin jadi milikku

Bahkan kau tau sendiri
Aku tak pernah tidak menerimamu datang
Sesukamu, aku tak sungkan
Meski setelah itu perasaanku habis kau buat tak karuan

Jadi kali ini biar aku jelaskan
Kau perlu memperbaiki mekanisme rindumu
Sudahlah, sudah
Aku tak tau mengapa juga harus ku percayakan rindumu itu

Manis sekali
Sungguh rindumu itu terlalu manis, awalnya
Setelah bosan, tinggallah aku dengan sepahnya
Kau, begitu luar biasa ternyata

Sekarang kau lupa
Hari-hari kemarin kau begitu payah
Dibuat aku percaya saja
Oleh kamu yang bilang rindu pada siapa saja

Terimakasih
Ya, terimakasih saja
Berbahagialah atas perbuatanmu terhadapku
Semoga semakin ku kenali rindumu yang tak pernah serius itu

Sayang, setelah ini aku akan lupa
Lupa kalau aku pernah begitu percaya padamu bahkan sampai saat aku menulis ini
Setelah itu, kau akan hilang
beserta rindu-rindumu yang kusimpan

Berbanggalah, karena kau berhasil menipuku dengan semua yang pernah kau lakukan
Terlalu menganggapmu baik nyatanya salah
Kau tidak pernah benar-benar mengerti kalau aku tak pernah membenci
Tapi sekarang, sudahlah kau tidak perlu lagi begitu

Aku yang bodoh ini, tak akan lagi menimang-nimang perasaanmu
Rindumu itu ternyata pahit
Terlalu pahit
Dan aku, sudah tak bisa lagi


Jakarta, 29 September 2016
Tidak akan lagi bagi perindu sepertimu
irasmanita

Jumat, 29 April 2016

Apa Saja

Rasanya aku ingin menulis
Tentang apa saja
Sesuka dan semauku
Tanpa ku ketahui mengapa aku

Aku ingin apa saja
Segala yang aku inginkan
Pertemuan, kencan, pelukan
Terserah saja

Aku ingin dengan begitu dia mengenalku
Aku yang benar-benar aku sesungguhnya
Karena menyimpannya dalam pikiran
Sungguh aku tak bisa lebih lama

Aku ingin menulis, menari, menjadikan dia disisiku
Karena menjadi sendiri itu sepi
Tapi aku tak mau meninggalkan dia
Sebab dia satu-satunya yang setia

Satu, dua, atau tiga
Lima, enam, atau tujuh
Aku tak mau empat
Aku tak mau delapan

Maka biarkan aku menulis saja
Karena aku menyukainya
Menyukai tulisanku yang tentang dia
Meski kali ini tidak untuknya

Jakarta, 29 April 2016
Tanpa keterangan,
irasmanita

Minggu, 13 Desember 2015

Kepadamu; Perokok Aktif

Kepadamu; perokok aktif
Perihal berapa banyak rokok yang kau hisap, aku sedang tidak ingin mempermasalahkannya

Begini, kau pasti sudah paham dimana salahmu ketika kau nemantiknya di hadapanku
Tapi bukan itu masalahnya

Berapa ratus kali ku ingatkan tentang bahayanya jika kau menghabiskan hampir dua belas?

Tapi bolehlah aku berhenti mengocehimu sebentar saja

Kepadamu; perokok aktif
Hampir satu tahun kita membicarakan hal-hal yang menyenangkan tentang dunia

Kau selalu tahu caranya membuat otot-otot diwajahku tak lagi menegang karena suatu hal
Aku, menyukai caramu

Kau selalu berhasil membuat resah ini bertujuan; kamu

Aku menyukai laki-laki yang mau menghabiskan makananku, dan kau berhasil melakukannya

Kita pernah membayangkan berdua dengan tato-tato di tangan kirimu
Kau bilang kau akan melukis wajahku disana, itu adalah hal yang manis

Kita berbeda, sungguh
Aku sering tak menyetujui rencana-rencanamu yang tak masuk akal, menurutku
Kau lebih sering menertawakanku, yang selalu bicara tentang fantasiku

Tentang hidup di masa depan, kita sering bergurau
Tapi kadang aku ingin tahu, apa yang kau rasakan saat ku rebahkan lelah dibahumu
Aku ingin tahu apa yang ada di otakmu saat jeda membuat kita jadi tak saling bicara

Kepadamu; perokok aktif
Aku menyukai sapamu setiap pagi, meski tanpa segelas kopi
Namun hal yang lebih penting dari semua yang telah ku jelaskan adalah;
Tetaplah disini, karena kau telah jadi sepaket diriku yang telah ku biarkan menyatu

13 Desember 2015

Minggu, 22 November 2015

Pada Tulisan Yang Tak Selesai

Beberapa tulisan hanya menjadi potongan-potongan yang tidak selesai. Kemudian menjadi berbedu sebab jari-jari tak lagi menulis tentang isi hati. Ku pikir karena aku ingin selesai, dari sesuatu yang sebenarnya belum pernah ku mulai. Aku tidak ingin mengabadikan dia yang tidak menjadi milikku. Cukup saja, aku tidak ingin hati bekerja terlalu lama, terlalu keras. Rasanya tak tega kalau terus-terusan memaksa "ia" menyukai sendirian. Kasihan kalau-kalau nanti patah, aku takut pada saatnya, ia tak bisa mencintai yang tepat, yang Tuhan berikan untukku. Maka pada tulisan-tulisan yang tak pernah selesai, aku hanya ingin menjelaskan satu hal; aku sudah selesai menyukai dia yang tak menyukaiku. Maafkan kalau kini kalian hanya jadi penggalan yang menggantung-gantung tak menemukan akhir, sebab aku sendiri tak paham bagaimana akhirnya harus ku buat tulisan-tulisanku tentang dia. Karena tidak ku temukan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaanku tiap kali ku lihat mata yang terbingkai kaca, tak kutemui dia yang menginginkanku tiap kali tangan-tangan jahilnya menyentuhku. Padahal aku tidak pernah bercanda, perihal perasaanku padanya hari-hari itu. Dan siapapun mengerti, ketika kau tak dianggap serius pada dia yang kau semestakan di duniamu, kau harus mundur. Karena memaksa maju hanya mencelakai hatimu.

Jakarta, 22 November 2015
Yang memilih selesai,
@irasmanita

Minggu, 20 September 2015

Mari Saling Membenci

Mari saling membenci
Untuk setiap sakit hati yang kau bilang karena aku
Mari saling lagi melukai
Karena setiap permintaan maafku adalah sepele bagimu

Aku nyatanya begitu benci
Ketika mengetahui kau bilang tak ingin aku lagi
Tapi hatimu masih namaku lagi
Dan munafikmu kau umbar kesana kemari

Mari saling membenci
Karena melihat fotomu saja sudah cukup membuatku mual
Teringat kau pernah bilang tak pernah serius meninggalkanku
Maka mari saling membenci

Dengan kamu yang sekarang aku tak ingin mengalah lagi
Kau sudah cukup melelahkan
Aku tidak mengurusimu selama ini
Tapi tiba-tiba saja kau menghukumku dengan ucapakan menyebalkan

Mari saling membenci
Kita selesaikan dengan saling tak mengenal lagi
Akhiri dengan amnesia sampai mati
Terkhusus tentang tubuhmu dan tubuhku dulu yang pernah saling memiliki

Jakarta, 20 September 2015
@irasmanita

Senin, 03 Agustus 2015

Teruntuk Tuan disatu Kota

Teruntuk Tuan disatu kota

Aku baru saja dipermainkan rindu
Ya, selalu saja menjadi milikmu
Bila Tuan keberatan
Maka anggap saja ini tulisan tak terbaca

Tuan, bisakah beritahu aku bagaimana caranya membenci?
Aku selalu gagal melakukannya
Yang terjadi malah namamu semakin kuat dalam doa
Lalu benci menjauh sampai aku tak bisa melihatnya

Tuan, boleh saja tidak peduli dengan tulisanku ini
Suratku ini tak layak dibalas olehmu
Serupa dengan rinduku, dia juga tak harus kau balas
Sebab datangnya selalu kurang sopan, selalu tanpa diundang

Tuan, aku hanya ingin mengganti air mata
Tidak ingin berlama-lama dengannya
Dan kau tahukan?
Hanya dengan begini aku bisa menjauh darinya

Tuan, selalu sama seperti kemarin
Kau selalu ku semogakan
Baik-baik dalam penjagaan Tuhan
Semoga hari-harimu selalu penuh keberkahan

Jakarta, 3 Agustus 2015
Aku bersama rindu,
@irasmanita

Jumat, 24 Juli 2015

Jangan Pernah Tidak Setia

Jangan pernah tidak setia
Aku sungguh tak pernah menyukainya
Kau tahu? pengkhianatan dimulai dari rasa tak setia
Jangan lagi beri alasan

Jangan pernah tidak setia
Karena sungguh kau pun akan terasa hampir mati ketika kecintaanmu berkhianat
Kau tahu? luka bekas pengkhianatan tak sepeti luka yang sehari dua hari kering
Jangan lagi beri alasan

Aku mengharamkan tidak setia
Sebab aku muak dengan pengkhianatan
Kau mungkin tidak peduli dengan orang yang kau buang dari hatimu karena ketidaksetiaanmu dan memilih pengkhianatan
Sampai si tidak setia dan pengkhianatan itu mendatangimu

Dan kau, jangan lagi merasa berdosa
Sebab telah mencelakai hati orang yang mencintaimu
Jangan lagi, karena tak semua orang yang kau hancurkan seperti aku
Yang masih saja setia mendoakanmu dalam luka bekas pengkhianatan dan korban ketidaksetiaanmu

Jakarta, 24 Juli 2015
@irasmanita